Senin, 02 Maret 2015

DAFTAR RILIS FITUR PADAMU NEGERI 2 Maret 2015

DAFTAR RILIS FITUR 2 Maret 2015
Berikut adalah daftar fitur/modul yang akan dirilis pada 2 Maret 2015 mulai pk. 18.00 WIB
1. Modul VerVal NRG tingkat Dinas dan Pusat
2. Rekonsiliasi NPSN (PDSP)
3. PKG Lanjutan
4. Mutasi KS dan Pengawas peserta ProDEP
5. Unggah Data Siswa Kolektif
6. Khusus Guru Kelas TK/RA sebagai asisten pengajar diperhitungkan JJM nya.
7. Khusus Guru Mapel PJOK dan Agama diijinkan mengampu pada jam dan hari yang sama pada kelas yang berbeda.
.
CATATAN:
1. Modul S25a dan S25b ditunda dalam 1-2 minggu ke depan sehubungan dengan penyesuaian aplikasi untuk mengkomodir Permendikbud No. 4 Tahun 2015 tentang Ekuivalensi Kegiatan Pembelajaran/Pembimbingan.
2. PKG Lanjutan merupakan PKG lanjutan periode 2014 lalu. Bagi para Guru dan Kepala Sekolah yang belum menyelesaikan PKG periode 2014 diberi kesempatan untuk memproses laporan hasil PKG 2014 nya hingga 30 Juni 2015. Untuk mencetak S22 dapat dilakukan per individu tanpa harus seluruh pendidik telah dimasukkan data PKGnya sebagaimana prosedur tahun 2014 lalu.
3. Adapun untuk PKG periode 2015 akan dijadwalkan mulai 1 Oktober s/d 31 Desember 2015.
4. Disarankan dalam penggunaan fitur Unggah Data Siswa Kolektif tidak dilakukan lebih dari satu kali proses upload karena berpotensi duplikasi. Pastikan satu kali proses hingga tuntas sebelum memproses unggah perubahan data susulan lainnya.
.
Demikian semoga bermanfaat.
.
.
Salam Padamu Negeri Indonesiaku,
Admin Pusat
BPSDMPK Kemdikbud

Rabu, 26 November 2014

Penilaian Autentik dalam Kurikulum 2013

 
Penilaian Autentik dalam Kurikulum 2013

Hakikat Penilaian Autentik

Salah satu tugas utama guru adalah melakukan penilaian. Penilaian yang dituntut dalam Kurikulum 2013 adalah penilaian autentik.  Penilaian Autentik adalah bentuk penilaian yang menghendaki peserta didik menampilkan sikap, menggunakan pengetahuan dan keterampilan yang diperoleh dari pembelajaran dalam melakukan tugas pada situasi yang sesungguhnya. Penilaian hasil belajar oleh pendidik dilaksanakan dalam bentuk penilaian autentik dan non-autentik. Bentuk penilaian autentik mencakup penilaian berdasarkan pengamatan, tugas ke lapangan, portofolio, proyek, produk, jurnal, kerja laboratorium dan unjuk kerja, serta penilaian diri. Bentuk penilaian non-autentik mencakup tes, ulangan, dan ujian. Penilaian Hasil Belajar oleh Pendidik dilaksanakan untuk memenuhi fungsi formatif dan sumatif dalam penilaian. Penilaian Hasil Belajar oleh Pendidik berfungsi untuk memantau kemajuan belajar, memantau hasil belajar, dan mendeteksi kebutuhan perbaikan hasil belajar peserta didik secara berkesinambungan.

Tujuan Penilaian Hasil Belajar
Penilaian Hasil Belajar oleh Pendidik  bertujuan untuk:
  1. mengetahui tingkat penguasaan kompetensi;
  2. menetapkan ketuntasan penguasaan kompetensi;
  3. menetapkan program perbaikan atau pengayaan berdasarkan      tingkat penguasaan kompetensi; dan
  4. memperbaiki proses pembelajaran.

Prinsip-Prinsip Penilaian
Penilaian Hasil Belajar oleh Pendidik diterapkan berdasarkan prinsip umum dan prinsip khusus. Prinsip umum berlaku untuk semua bentuk penilaian. Prinsip khusus berlaku untuk masing-masing bentuk penilaian, mengacu kepada karakteristik pendekatan, model, dan instrumen yang digunakan.
Prinsip umum penilaian adalah: Sahih, Objektif, Adil, Terpadu, Terbuka, Holistik dan Berkesinambungan, Sistematik, Akuntabel, dan Edukatif.

Prinsip Khusus Penilaian Autentik
  1. Materi penilaian dikembangkan dari kurikulum.
  2. Bersifat lintas muatan atau mata pelajaran.
  3. Berkaitan dengan kemampuan peserta didik.
  4. Berbasis kinerja peserta didik.
  5. Memotivasi belajar peserta didik.
  6. Menekankan pada kegiatan dan pengalaman belajar peserta didik.
  7. Memberi kebebasan peserta didik untuk mengkonstruksi responnya.
  8. Menekankan keterpaduan sikap, pengetahuan, dan keterampilan.
  9. Mengembangkan kemampuan berpikir divergen.
  10. Menjadi bagian yang tidak terpisahkan dari pembelajaran.
  11. Menghendaki balikan yang segera dan terus menerus.
  12. Menekankan konteks yang mencerminkan dunia nyata.
  13. Terkait dengan dunia kerja.
  14. Menggunakan data yang diperoleh langsung dari dunia nyata.
  15.  Menggunakan berbagai cara dan instrumen
Akhirnya dapatlah dikatakan bahwa penilaian autentik pada dasarnya adalah penilaian proses. Hal itu dikarenakan penilaian autentik terjadi pada saat adanya proses pembelajaran riil. Penilaian proses dapat dilaksanakan untuk menilai sikap, pengetahuan dan keterampilan.
Pertanyaan selanjutnya adalah seperti apa wujud instrumen dan cara penilaiannya. Mudah-mudahan ditulisan mendatang akan bisa saya postingkan. Salam Pendidikan

Rabu, 16 April 2014

Belajar dan Pembelajaran


Belajar dan Pembelajaran

Istilah pembelajaran berhubungan erat dengan pengertian belajar dan mengajar. Belajar, mengajar dan pembelajaran terjadi bersama-sama. Belajar dapat terjadi tanpa guru atau tanpa kegiatan mengajar dan pembelajaran formal lain. Sedangkan mengajar meliputi segala hal yang guru lakukan di dalam kelas Duffy dan Roehler (1989) mengatakan apa yang dilakukan guru agar proses belajar mengajar berjalan lancar, bermoral dan membuat siswa merasa nyaman merupakan bagian dari aktivitas mengajar, juga secara khusus mencoba dan berusaha untuk mengimplementasikan kurikulum dalam kelas. Sementara itu pembelajaran adalah suatu usaha yang sengaja melibatkan dan menggunakan pengetahuan profesional yang dimiliki guru untuk mencapai tujuan kurikulum. Jadi pembelajaran adalah suatu aktivitas yang dengan sengaja untuk memodifikasi berbagai kondisi yang diarahkan untuk tercapainya suatu tujuan yaitu tercapainya tujuan kurikulum. Dalam buku pedoman melaksanakan kurikulum SD,SLTP dan SMU (1994) istilah belajar diartikan sebagai suatu proses perubahan sikap dan tingkah laku setelah terjadinya interaksi dengan sumber belajar. Sumber belajar tersebut dapat berupa buku, lingkungan, guru dll. Selama ini Gredler (1986) menegaskan bahwa proses perubahan sikap dan tingkah laku itu pada dasarnya berlangsung pada suatu lingkungan buatan (eksperimental) dan sangat sedikit sekali bergantung pada situasi alami (kenyataan). Oleh karena itu lingkungan belajar yang mendukung dapat diciptakan, agar proses belajar ini dapat berlangsung optimal.



Dikatakan pula bahwa proses menciptakan lingkungan belajar sedemikian rupa disebut dengan pembelajaran. Belajar mungkin saja terjadi tanpa pembelajaran, namun pengaruh suatu pembelajaran dalam belajar hasilnya lebih sering menguntungkan dan biasanya mudah diamati. Mengajar diartikan dengan suatu keadaan untuk menciptakan situasi yang mampu merangsang siswa untuk belajar. Situasi ini tidak harus berupa transformasi pengetahuan dari guru kepada siswa saja tetapi dapat dengan cara lain misalnya belajar melalui media pembelajaran yang sudah disiapkan. Gagne dan Briggs (1979:3) mengartikan instruction atau pembelajaran ini adalah suatu sistem yang bertujuan untuk membantu proses belajar siswa, yang berisi serangkaian peristiwa yang dirancang, disusun sedemikian rupa untuk mempengaruhi dan mendukung terjadinya proses belajar siswa yang bersifat internal. Sepintas pengertian mengajar hampir sama dengan pembelajaran namun pada dasarnya berbeda. Dalam pembelajaran kondisi atau situasi yang memungkinkan terjadinya proses belajar harus dirancang dan dipertimbangkan terlebih dahulu oleh perancang atau guru. Sementara itu dalam keseharian di sekolah-sekolah istilah pembelajaran atau proses pembelajaran sering dipahami sama dengan proses belajar mengajar di mana di dalamnya ada interaksi guru dan siswa dan antara sesama siswa untuk mencapai suatu tujuan yaitu terjadinya perubahan sikap dan tingkah laku siswa. Apa yang dipahami guru ini sesuai dengan pengertian yang diuraikan dalam buku pedoman kurikulum (1994:3).



Belajar merupakan aktivitas dari kehidupan manusia. Ajaran agama sebagai pedoman hidup juga menganjurkan manusia untuk selalu belajar. Secara etimologis belajar memiliki arti “berusaha memperoleh kepandaian atau ilmu” (Baharudin & Esa Nur Wahyuni, 2007: 34). Aktivitas belajar sangat terkait dengan proses penemuan (pencarian ilmu). Proses pencarian ilmu ini merupakan proses belajar.



 Winkel ( 2004 : 59 ) menyatakan bahwa belajar merupakan suatu aktivitas mental atau psikis yang berlangsung dalam interaksi aktif dengan lingkungan yang menghasilkan sejumlah perubahan dalam pemahaman-pemahaman, keterampilan dan nilai sikap. Perubahan itu bersifat relatif konstan dan membekas. Namun perlu diketahui bahwa tidak semua perubahan akibat dari belajar. Belajar akan lebih efektif apabila si pembelajar melakukan dengan suasana menyenangkan dan dapat menghayati objek pembelajaran secara langsung.



Menurut paham konstruktivis, belajar merupakan proses aktif di mana pelajar secara aktif mengkonstruksi belajarnya dari berbagai macam input yang diterimannya. Belajar adalah tentang membantu murid untuk mengkonstruksikan makna mereka sendiri.  Menurut Masnur ( 2007 : 52 ) makna belajar adalah kegiatan aktif siswa dalam membangun pemahaman. Guru berperan memberikan fasilitas atau pengalaman agar siswa dapat membangun pemahaman sendiri.



Belajar adalah suatu perubahan tingkah laku seseorang dari tidak tahu menjadi mengetahui.  Whitherington (dalam Poerwanto 1986 : 86) menyatakan bahwa belajar adalah perubahan dalam kepribadian yang menyatakan arti sebagai suatu pola baru daripada reaksi yang berupa percakapan, sikap, kebiasaan, kepandaian atau suatu pengertian baru.Belajar mempunyai teori –teori diantaranya teori ilmu jiwa Gestalt. Tokoh ilmu jiwa ini adalah Koffiks dan Koher. Menurut teori, keseluruhan sebagai prinsip yang penting. Anak tidak dipandang sebagai daya-daya yang terpisah, melainkan sebagai keseluruhan yang berintegrasi dengan lingkungannya. 
Berdasarkan teori ilmu jiwa Gestal tersebut, pendapat lain menyatakan bahwa seseorang akan belajar apabila ia mendapat insight. Insight mdiperoleh kalau seseorang melihat hubungan tertentu antara berbagai unsure dalam situasi tertent. Timbulnya Insight tersebut tergantung kepada: (a) kesanggupan, maksudnya kesanggupan atau kemampuan intelektual individu, (b) pengalaman, belajar berarti akan mendapatkan pengalaman, pengalaman itu akan mempermudah munculnya insight, (c) taraf kompleksitas dari suatu situasi, semakin kompleks semakin sulit, (d) latihan, dengan banyak latihan akan dapat mempertinggi kesanggupan memperoleh insight, dalam situasi -situasi bersamaan yang telah dilatih, dan (c) trial and error, sering seseorang tidak dapat memecahkan, baru setelah mengadakan percobaan seseorang itu dapat menemukan hubungan berbagai unsur dalam problem itu, sehingga akhirnya menemukan insight.

Salam, semoga tulisan ini bermanfaat.